Hari itu (19/1) sekitar jam 2 siang kami tiba di distrik Bangkok Yai, tujuan utama kami mengunjungi Wat Arun, sebelum tiba disini ada beberapa tempat wisata lain yang kami lihat saja dari dalam bus, tempat-tempat tersebut tidak kalah terkenal dengan Wat Arun dan menjadi salah satu destinasi favorit dari para turis mancanegara.
Terdapat The Grand Palace yang merupakan komplek berisi bangunan istana yang berfungsi sebagai kediaman resmi para Raja Thailand sejak abad ke 18. Masih dalam satu kawasan terdapat Wat Phra Kaeo atau dikenal juga dengan The Temple of Emerald Buddha yang terbuat dari batu giok hijau berukuran besar dan merupakan vihara terpenting yang ada di Thailand.
Tepat didepan Wat Arun juga terdapat Wat Pho yang terkenal dengan patung Buddha berbaring sepanjang 46 meter, namun kami tak mampir kesini, setelah turun dari bus di depan disebrang jalan Saranrom Park, kami berjalan kaki menyusuri Thai Wang Road, kemudian ke Tha Tian Market lalu menyebrang menggunakan feri dari Tha Tian Pier menuju Wat Arun.
Sepertinya perjalanan ini memakan waktu sekitar 15-20 menit, walalu panas matahari tidak tertahankan, ditambah harus berjalan kaki tentu saja membuat gerah tapi saya menyukainya, tidak seburuk itu juga, karena saya bisa mengabadikan beberapa moment sambil terus jalan agar tidak tertinggal dengan rombongan.
Sebelum menyebrang dari Tha Tien Pier dengan ferry ke Wat Arun, kami berkumpul sejenak untuk memastikan tidak ada yang tertinggal dengan rombongan, setelahnya membeli tiket penyebrangan seharga 4 bath, tiketnya murah sekali karena proses menyebrang sungai Chao Praya dengan ferry ini memang tidak lama mungkin sekitar 5 menit saja.
Kapal ferry di Tha Tien Pier Bangkok ini buka mulai pukul 10 pagi - 22 malam di akhir pekan, sementara di hari senin-jumat jam buka lebih terlambat satu jam. Menunggu kapal ferry ini juga tidaklah lama karena akan ada terus sepanjang hari sekitar 10-15 menit sekali.
Rombongan trip kami hanya memiliki waktu singkat saja mengunjungi Wat Arun ini, begitu sampai segera membeli tiket masuk seharga 200 bath yang sudah termasuk 1 botol air mineral ukuran 300 ml. Wat Arun mulai buka di jam 8 pagi hingga 6 sore selama seminggu penuh.
Setelah memasuki kawasan Wat Arun, diarahkan oleh tour guide kami segera melakukan photo grup dengan latar belakang Wat Arun, karena tempatnya sangat ramai dan memang semua orang ingin berfoto disini, kami pun tak berlama-lama mengambil beberapa foto disini.
Selesai photo grup kami diarahkan ke tempat belanja oleh-oleh khas Thailand seperti baju-baju, tas, gantungan kunci dan lain sebagainya. kumpulan lapak tempat belanja oleh-oleh ini berada di sebelah kiri dari Wat Arun, disini juga terdapat toilet yang tempatnya cukup bersih dan ditoilet ini tidak hanya terdapat ac tapi juga kipas angin besar, lumayan jadi bisa menurunkan suhu tubuh yang panas dan menghilangkan keringat sambil menunggu teman-teman yang bergantian ke toilet. Bilik toilet tersedia banyak jadi tidak terlalu mengantri disini.
Siang itu Wat Arun benar-benar ramai dengan pengunjung dan udaranya benar-benar panas sekali, namun hal tersebut tak membuat para pengunjung yang ingin berfoto di sekitar kuil budha ini surut semangatnya, bahkan hampir sebagian besar para pengunjung di Wat Arun ini mengenakan Chut Thai, yang merupakan pakaian adat masyarakat Thailand.
Untuk memasuki Wat Arun ada peraturan berpakaian yang sejak beberapa hari terus di ingatkan oleh local guide kami, yaitu : bawahan berupa celana atau rok panjang serta atasan menutup bahu kecuali pengunjung mengenakan baju khas Thailand Chut Thai.
Tentang Wat Arun
Wat Arun hingga saat ini masih digunakan sebagai tempat ibadah dan ritual yang terkemuka di Thailand bagi umat budha, biarawan dan juga pejabat. Selain sebagai tempat berbagai upacara keagamaan juga dijadikan tempat untuk menyelenggarakan berbagai macam festival yang diadakan sepanjang tahun.
Wat Arun Memiliki nama asli yang sangat panjang, google saja yah teman-teman karena selain sulit di tulis juga sulit diucapkan, nama lainnya juga adalah kuil fajar dan sebelumnya bernama Wat Makok.
Sebagai kuil tertua, Wat Arun memiliki ciri khas menara dengan tinggi 81 meter dan menara tersebut dihiasi dengan porselen warna-warni dan kerang yang berkilauan bila terkena sinar matahari di siang hari.
Namun dikala malam hari pun tidak kalah cantiknya karena di area sekitar Wat Arun dipasang lampu-lampu sehigga memperlihatkan arsitekturnya yang memukau dengan pantulan cahaya-cahaya tersebut, jadi jangan sampai melewatkan untuk merasakan dinner cruise di sungai Chao Praya sehingga mendapatkan pengalaman melihat Wat Arun bersinar indah dibawah langit malam.
Pengalaman saya datang ke Wat Arun ini mengingatkan saya ketika datang ke candi Borobudur, namun yang menjadi pembeda adalah undakan tangga di Wat Arun ini sangat terjal dan tinggi, penting untuk berhati-hati ketika naik dan turun tangga disini, apalagi kalau kita menggunakan Chut Thai.
Disetiap sudut Wat Arun penuh dengan orang yang mengabadikan moment dengan kamera hp atau digital, yang paling mencolok tentu saja pemandangan banyaknya pengunjung yang menyewa Chut Thai tengah berfoto bersama dengan photografer sewaan mereka, para pengguna Chut Thai tidak hanya perempuan yah, tapi juga laki-laki.
Sayang sekali ketika kedatangan saya ke Wat Arun ini jalan untuk naik ke menara tertinggi tengah ditutup dan karena saya dan beberapa teman juga mencari penyewaan Chut Thai, waktu kami untuk explore Wat Arun pun lebih terbatas lagi.
Cerita selanjutnya saya akan berbagi tentang pengalaman saya dan teman-teman menyewa Chut Thai dan berfoto di Wat Arun.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca postingan ini dan meninggalkan jejak komentar yang baik, semua komentar akan di moderasi terlebih dahulu oleh penulis.