Maya Rumi

"todays little moments become tommorows precious memories"

Thailand

Asiatique The River Front Bangkok, Pasar Malam Terbesar di Thailand

Seharusnya hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam dari bandara Don Mueang Bangkok untuk sampai di Asiatique The River Front Bangkok, namun karena kepadatan jalan di sore hari yang bertepatan dengan para pekerja pulang dari kantor, perjalanan kami pun tak lepas dari kemacetan, rupanya kota Bangkok sama halnya dengan kota Jakarta.

Kami pun baru tiba di Asiatique The River Front Bangkok sekitar jam 6-an malam, hari sudah gelap tempatnya pun sudah ramai dengan pengunjung dan terhias dengan meriahnya lampu yang menyala. Bus yang kami tumpangi memasuki area parkir yang berada di depan salah satu pintu masuk Asiatique The River Front Bangkok.

Sebelum kami memasuki Asiatique The River Front Bangkok, pemandu perjalanan kami pun menginformasikan tempat titik kumpul dan waktunya. Disini sebelum kami berwisata belanja dan jalan-jalan, kami makan malam terlebih dahulu di salah satu restoran halal yang ada bernama : Pranakorn.

Restoran ini berada di tempat seperti food court karena terlihat ada banyak toko-toko kecil di sekelilingnya, Menu makan malam pertama di Thailand berupa : nasi putih, telor dadar, chicken nugget, ikan goreng asam manis, olahan seafood yang di tumis dan yang mirip sekali dengan di Indonesia, yaitu ada tumis kangkung, sementara yang membedakan adanya tom yum sea food.

Kecuali ikan goreng  asam manis yang tidak saya coba, yang lain semua masakan rasanya enak, cocok dilidah cuma ternyata tom yum disini lebih asam lagi daripada yang dijual atau saya pernah makan di Indonesia.

Tentang Asiatique The River Front Bangkok

Sebelum pergi saya memang tidak ada mencari tahu mengenai destinasi wisata di Thailand, alasannya karena ingin merasakan kejutan petama kali melihat tempat tersebut dan inilah yang terjadi di Asiatique The River Front Bangkok yang telah ada sejak tahun 2012 merupakan kawasan belanja terbuka yang berlokasi di Charoen Krung Road, Distrik Bang Kho, Laem, Bangkok.

Awalanya kawasan Asiatique The River Front Bangkok merupakan sebuah gudang pelabuhan yang kemudian beralih fungsi menjadi kawasan belanja terbuka yang bernama Suan Lum Night Bazaar yang ditutup ditahun 2010 kemudian berganti menjadi Asiatique The River Front Bangkok hingga sekarang.

Kata the river front itu mengacu pada sungai Chao Praya, jadi Asiatique The River Front Bangkok kalau dalam bahasa Indonesia lebih tepatnya di sebut pasar malam yang lokasinya berhadapan langsung dengan sungai Chao Praya, namun beda yah konsep pasar malam dengan yang ada di Indonesia.

Disini terdapat lebih dari 1500 kios toko dan 40 restoran yang tertata rapi dengan dibagi menjadi 4 distrik yaitu : waterfront, town square, charoen krung dan factory. Sepemandangan mata saya, saya mengkategorikan sebagai tempat makan, tempat belanja oleh-oleh, deretan cafe tempat nongkrong dan ada juga beberapa wahana yang seru untuk pengunjung.

Seperti Chang sebuah Bianglala besar yang menjadi ikon Asiatique The River Front Bangkok, Chang berarti gajah merujuk kata besar untuk bianglala tersebut, kemudian tak jauh dari situ ada juga komedi putar bernama merry-go-round, bahkan rumah hantu juga ada disini dan dipaling belakang dan ramai adalah antrian cruise for dinner yang akan mengarungi sepanjang sungai Chao Praya. 



Waktu berkunjung ke Asiatique The River Front Bangkok ini dibatasi, hanya sekitar 2 jam saja, sehingga saya dan beberapa teman yang ingin mencicipi milk bun sambil nongkrong di After You Dessert  Cafe mengurungkan rencana tersebut. 

Beberapa waktu lalu milk bun menjadi makanan viral dari Thailand dengan peminat jastip yang tinggi, milk bun sendiri berupa roti berbentuk bantal berbalut taburan susu yang melimpah, terasa sedikit manis dan milky. Sepengetahuan saya ada banyak sekali rasa dari milk bun ini seperti : original, strawberry bun, nuttela bun, coconut custard cream hingga gula aren dengan harga satu porsi 120 bath (sekitar 50 ribuan).

Terkendala waktu yang tak mumpuni, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan-jalan mencari oleh-oleh ditempat ini sambil menikmati vibes tempat tersebut yang ramai sekali, namun tidak penuh sesak.

Sebagai turis tentu saja kami memilih beberapa toko yang menjual oleh-oleh khas Thailand, namun disini saya hanya berbelanja makanan saja, untuk souvenir belum menemukan yang cocok walaupun harganya cukup murah untuk gantungan kunci, tempelan kulkas, boneka-boneka gajah berukuran kecil dan lain sebagainya.

Yang menarik untuk saya justru pakaian-pakaian yang dijual dengan corak gajah, teringat dengan anak bungsu saya yang sangat suka dengan gajah, namun sayang saya masih kurang sreg dengan harganya sehingga memutuskan tidak membeli disini, karena kami masih bisa belanja untuk pakaian di hari ketiga, jadi disini lihat-lihat model dan cek-cek harga saja dibeberapa toko yang kami lalui.

Saat akan kembali menuju titik kumpul tak sengaja saya dan teman-teman menemukan toko Cha Tra Mue, kami pun membeli 2 gelas saja untuk diminum sharing karena ukuran gelasnya yang besar, senang sekali rasanya akhirnya dapat menikmati Cha Tra Mue langsung di negara asalnya. Cerita lengkap review minuman Thai Tea bisa dibaca disini yah.

Jalan-jalan ke pasar malam di Thailand masih ada ceritanya lagi yah, akan saya sharing di cerita berikutnya.









Komentar

Formulir Kontak