Tiga kali mengalami proses melahirkan secara c-section dan setiap proses persalinannya selalu mempunyai cerita tersendiri. Persalinan anak pertama, saya diliputi ketakutan dan kecemasan salah satunya karena tidak menyangka harus melahirkan secara c-section yang tidak pernah terbayang akan terjadi.
Walaupun proses melahirkan anak pertama tidak berjalan seperti yang saya harapkan, namun setelah melahirkan saya tidak mengalami gangguan pasca melahirkan seperti baby blues atau postpartum depression yang berpotensi menjadi rasa trauma untuk mempunyai anak lagi.
Sehingga 5 tahun kemudian saya pun menjalani kembali persalinan kedua. Persalinan kedua sudah well prepared, lebih antusias karena sudah tahu jenis kelamin anaknya berbeda dengan anak pertama namun masih belum bisa santai menjalaninya.
Setelahnya tanpa menunggu terlalu lama seperti sebelumnya, 3 tahun kemudian saya menjalani persalinan anak ketiga dan masa persalinan ini yang paling menyenangkan untuk saya pribadi.
Alasannya dengan adanya dua persalinan sebelumnya, saya sudah mempunyai pengalaman, pengalaman tersebutlah yang saya jadikan referensi sehingga lebih tahu dan ada bayangan atau gambaran apa-apa saja yang harus saya persiapkan untuk menyambut kehadiran bayi.
Namun kali ini saya justru ingin berbagi cerita tentang kondisi bayi saya setelah masa persalinan terlalui, yang dibulan desember ini sudah akan memasuki bulan ke empat.
Permasalahan Kesehatan Pada Anak Ketiga
Anak ketiga saya seorang laki-laki, ketika lahir beratnya baru 2,8 kg dengan tinggi 49 cm. Ia harus dilahirkan lebih awal di minggu ke 36 karena ketika pemeriksaan dengan CTG terjadi kontraksi yang seharusnya tidak boleh terjadi untuk saya yang berencana melahirkan secara c-section.
Persalinan tanpa hambatan sama seperti persalinan sebelumnya, proses pemberian asi pun tanpa masalah berarti tidak jauh berbeda dengan anak kedua, dapat terpenuhi secara baik dihari ketiga setelah kelahiran.
Masalah baru terjadi ketika kami sudah pulang dari rumah sakit, ternyata setelah pulang bayi saya mulai menunjukkan gejala bayi kuning yang menunjukkan tingginya kadar bilirubin dalam darahnya.
Selain itu berat badannya pun turun terus hingga setengah kg dari bb saat kelahirannya menjadi 2,3 kg. Padahal kebutuhan asi tercukupi dengan baik, asi yang saya produksi pun terbilang berlimpah ruah.
Setelah melakukan konsultasi ibu dan anak di rumah sakit pada hari ketiga setelah pulang kerumah, untungnya anak saya tidak perlu dilakukan perawatan fototerapi, lalu saya pun mengikuti saran dokter untuk lebih banyak memberikan asi dan rutin menjemur bayinya di pagi hari.
Masalah bilirubin dapat teratasi timbulah masalah baru. Masalah baru ini bukanlah masalah yang pertama kali saya alami ketika mempunyai anak bayi, pada kedua kakaknya pun masalah ini pernah terjadi dan kerap kali berulang.
Cerita Seputar Ruam Popok
Masalah yang juga mengkhawatirkan bila terjadi pada bayi, tidak lain tidak bukan adalah masalah ruam popok. Ruam popok mengutip dari salah satu laman kesehatan merupakan peradangan yang terjadi pada kulit bayi yang disebabkan oleh kondisi lembab popok sekali pakai yang menutup kulit bayi.
Ruam popok terjadi sebagai akibat kurangnya sirkulasi udara dan kondisi lembab tersebut, kulit bayi mengalami ruam karena paparan urine dan feses pada kulit, hal tersebut lumrah terjadi pada bayi yang menggunakan popok sekali pakai (pospak).
Selain karena paparan urine dan feses, ruam popok juga bisa terjadi karena bayi memiliki kulit yang sangat sensitive ataupun bisa juga karena ukuran diapers yang tidak sesuai sehingga terjadi iritasi pada kulitnya. Yang paling sering terjadi juga adalah karena orang tua malas mengganti diapers karena melihat kondisi diapers yang tidak lama penggunaannya dan belum penuh terisi.
Untuk itu sebaiknya menurut dr. S.T. Andreas Cristan Leyrolf, M.Ked (Ped), Sp.A seorang dokter spesialis anak.
"bayi perlu mengganti popok setiap 3-4 jam sekali. Hal tersebut untuk menghindari kontak yang terlalu lama dengan urine atau feses yang dapat meningkatkan pH basa pada kulit bayi. Namun bayi sering merasa tidak nyaman ketika popok yang digunakan terasa penuh dan bocor sebelum waktu mengganti popok. Kondisi ini menyebabkan bayi lebih mudah rewel dan terbangun. Ketika bayi mengalami gangguan saat tidur, maka ibu juga otomatis akan mengalami hal yang sama karena harus kembali menidurkan bayi"
Tanda dan gejala ruam popok mudah dikenali, biasanya meliputi kulit yang meradang berwarna kemerahan di area penggunaan popok yaitu pantat, paha, lipatan paha dan area kelamin. Akibat ruam popok ini bayi akan merasa gatal atau nyeri yang kemudian membuatnya merasa tidak nyaman sehingga menjadi rewel.
Sebenarnya ada beberapa cara sebagai pencegahan agar bayi tidak mengalami ruam popok, diantaranya adalah :
- Selalu pastikan tangan dalam kondisi bersih dan kering ketika akan mengganti diapers
- Untuk membersihkan area pantat, lipatan paha dan area kelamin sebisa mungkin gunakan air mengalir atau air biasa yang tidak dingin ataupun hangat, hindari penggunaan tisu basah gunakan saat darurat saja seperti ketika dalam perjalanan, kapas juga saya tidak menyarankan karena akan meninggalkan serat-serat di kulit bayi.
- Ketika akan memakaikan diapers, pastikan setelahnya tiga area tersebut diatas sudah benar-benar kering.
- Jangan menggunakan bedak atau kapas sebaiknya menggunakan handuk kecil berbahan microfiber atau bisa juga tisu satin dan pengunaannya harus di tap-tap ketika akan mengeringkan jangan diseka karena akan membuat kulit lecet atau iritasi.
- Sesuaikan ukuran diapers bayi dengan berat badannya, jangan ketat terutama dibagian pangkal paha karena bayi sering melakukan gerakan menendang, gesekan tersebut dapat memicu iritasi
- Sesuai dengan rekomendasi dokter untuk bayi biasakan mengganti diapers 3-4 jam sekali
Sepengalaman saya ruam popok itu harus ditangani segera dengan tepat dan telaten, selain agar tak membuat area ruam popok menjadi semakin lebar atau area ruam popok bertambah ditempat baru juga agar ruam popok tersebut tidak kembali terjadi berulang.
Ruam popok sangat mungkin terjadi berulang dan biasanya dari usia baby newborn hingga bayi menginjak usia setahun, karenanya mungkin banyak orang akan menyarankan untuk menggunakan krim untuk ruam popok, namun setahu saya krim ruam popok tidak boleh digunakan di area kelamin, krim ruam popok juga harus cocok dengan kulit bayi agar tidak menyebabkan bertambahnya iritasi dan bila ruam popok pada tingakatan parah maka penggunaan krim juga harus konsultasi dengan dokter kulit.
Untungnya anak ketiga saya mengalami ruam popok masih terkategori ringan sehingga berdasarkan pengalaman pada anak kedua yang juga saya lakukan adalah segera mengganti merk diapers yang selama ini bayi saya pakai. Pada anak kedua saya penggantian diapers ini berhasil menyembuhkan ruam popoknya dengan menggunakan merk MAKUKU diapers.
Adik bayi pun mengikuti jejak kakaknya, namun bila kakak dahulu menggunakan MAKUKU Air Diapers, adik bayi menggunakan MAKUKU SAP Diapers Slim yang mempunyai kemasan dan inovasi terbaru yang tersempurnakan daripada yang sebelumnya.
Tentang MAKUKU SAP Diapers Slim
Sudah ada yang tahu merk diapers MAKUKU ?
Ya, ini merk baru untuk diapers bayi. Perkenalan saya dengan merk ini sekitar setahun lalu ketika tengah akan membeli kado untuk teman yang mempunyai newborn baby di Makuku Store Lippo Mall Puri saya ditawarkan oleh spg Makuku diapers.
Yang membuat saya tertarik awalnya karena kemasan MAKUKU desain dan warnanya yang clean, lalu gambarnya simple dan informatif menjadi nilai plus diapersnya sehingga tanpa tanya ke spg pun kita bisa tahu keunggulannya.
MAKUKU SAP Diapers Slim merupakan pelopor popok sekali pakai dengan struktur inti SAP. SAP atau Super Absorbent Polymer berupa kristal kecil yang berada didalam lapisan penyerap pada popok sekali pakai.
Sehingga MAKUKU SAP Diapers Slim memiliki daya serap tinggi namun tetap ringan sekalipun sudah menampung cairan cukup banyak. Walaupun super tipis, MAKUKU SAP Diapers Slim ini cocok untuk bayi yang aktif karena tetap dapat memberikan rasa nyaman ketika dipakai.
Yang menarik perhatian saya juga adalah pada bagian depan popok terdapat tulisan "front" yang jelas dengan warna merah memudahkan saat pemakaian terutama bagi orang yang baru pertama kali akan memakaikan popok.
Dengan bagian belakang terbentuk seperti karet pinggang yang berbeda dengan bagian depan sangat membantu agar penggunaannya tidak terbalik selain juga lebih memberikan kenyamanan saat dipakai.
Lebih lengkapnya berikut adalah 3 kelebihan MAKUKU SAP Diapers Slim yaitu :
Dengan struktur inti SAP dapat mengunci cairan hingga 500 ml sehingga permukaannya menjadi lebih kering. Penyerapan MAKUKU SAP Diapers Slim pun lebih cepat, benar-benar dapat mempersingkat kontak antara urin dengan bokong bayi sehingga dapat mencegah terjadinya ruam popok pada bayi.
Penyerapan yang cepat dan merata tidak akan membuat popok menggumpal, mengurangi kebocoran sehingga bayi menjadi lebih nyaman.
Sesuai dengan namanya popok MAKUKU SAP Diapers Slim tetap ringan dan tipis meski sudah menampung cairan sehingga mendukung buah hati kita lebih bebas bergerak, nyaman beraktivitas seharian dan membuatnya lebih lelap di waktu tidur saat malam hari.
Andalan banget sih emang makuku lembutt
BalasHapusbener mba, thanks udah mampir yah
HapusMakuku bagus banget yaa mom, sayang banget waktu anak2 bayi belum ada🥺
BalasHapusiya mom ini baru setahun lalu ada dan baru upgrade lagi untuk bahan diapersnya
HapusSoal popok memang perlu perhatian khususnya karena kulit si kecil masih rentan dna bisa iritasi kalau menggunakan popok yang tidak tepat. Apalagi sampai muncul ruam dan dia rewel karena itu, heemm perlu ganti segera ini. Terima kasih informasinya!
BalasHapusbener mba perlu bgt dijaga penggunaan diapers buat debay biar gak salah pilih dan terkena ruam popok
Hapus