Pagi itu aku menjerit histeris memanggil pak suami, pasalnya ketika hendak buang air kecil yang keluar justru darah yang sangat banyak dan seperti tidak bisa berhenti atau tertahankan olehku. Bersamaan dengan datangnya pak suami ke toilet, ibuku yang masih mengenakan mukena ikut menemuiku juga.
"kenapa...?"
"aku kok pipisnya darah ...?"
SABTU KELABU
Yang aku ingat setelah itu kami segera ke rumah bidan yang tak jauh dari daerah rumah kami. Hari itu hari sabtu tahun 2012, aku sudah lupa tanggal dan bulannya, tapi aku tak akan lupa hari itu dua hari setelah aku melakukan perjalanan dinas ke kota jambi.
Setelah melakukan perjalanan dinas pergi dan pulang di hari yang sama, esoknya aku kekantor seperti biasa masih sehat dan baik-baik saja begitu juga dengan kandunganku. Namun ternyata yang aku rasa aku baik-baik saja, tidak dengan kandunganku.
Setelah melakukan pengecekan secara seksama pada kandunganku. Ibu bidan yang memang telah rutin ku datangi selama 3 bulan tersebut dan telah memberikan obat penguat kandungan sebagai pencegahan agar ketika aku melakukan perjalanan dinas, kami bisa tetap sehat dan selamat namun harus mengatakan kata-kata yang tak ingin ku dengar.
"Maaf, anak dalam kandungan kamu sudah tiada, kalian harus segera ke rumah sakit terdekat untuk dilakukan kuret, ini saya buatkan surat rujukannya"
Kami segera menuju ke rumah sakit terdekat untuk dapat segera melakukan proses kuret. Namun karena saat itu masih pagi sekali suster yang berada di ruang IGD menginformasikan bila proses kuret baru bisa dilakukan pada jam 7 pagi, sehingga aku harus menunggu sekitar sejam lagi.
Kuret atau kuretase adalah prosedur untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim, biasanya diawali dengan dilatasi, yaitu suatu tindakan untuk melebarkan leher rahim (serviks). Kuret biasa dilakukan bila terjadi pendarahan pada vagina yang hebat atau lama, atau pendarahan hebat setelah menopause dan kondisi hamil anggur.*
Selama menunggu waktu untuk proses kuret itu beberapa kali suster menanyakan kondisiku dan berkali-kali aku tegaskan bilamana aku baik-baik saja, tidak merasa terlalu sakit pada bagian perut hanya merasa mengantuk sekali dan benar-benar tak tahan ingin memejamkan mata.
"jangan pingsan, kamu akan baik-baik aja"
Padahal aku sudah mengatakan sejujurnya, bila aku memang baik-baik saja.
Ternyata proses kuret berjalan lancar dan singkat mungkin hanya sekitar setengah jam saja, pak suami bilang ketika ia dipanggil, ia kira ada masalah, ternyata karena proses kuret sudah selesai dan ia sudah diperbolehkan untuk menemuiku.
Siang harinya aku sudah berada dirumah. Aku memilih beristirahat dirumah daripada di rumah sakit. Sekitar sore hari ibu mertua, beserta saudara dari pak suami dan juga saudara-saudaraku datang ke rumah untuk menjenguk dan melihat keadaanku.
Begitu kata-kata mereka selalu karena melihat aku yang tidak seperti habis mengalami keguguran dan melakukan kuret. Entahlah, aku memang tidak merasakan sakit bahkan merasa lemas pun tidak. Tubuhku merasa biasa-biasa saja.
Dengan alasan tersebut, pak suami pun mengizinkan aku pergi berangkat kekantor tapi aku menolak diantar dan dijemput setelah pulang kerja olehnya.
Sehingga lusanya dihari senin aku memutuskan untuk masuk kerja saja. Padahal bila sesuai dengan aturan persahaan tempatku bekerja, aku mendapatkan jatah cuti sebanyak 1 bulan lebih dan hal tersebut tidak patut ditiru yah.
Seharusnya setelah melalui proses kuret kita harus bedrest selama 5-7 hari agar luka rahim dapat segera membaik, dengan menjalani perawatan pasca kuret, kondisi kita akan lebih cepat pulih dan biasanya untuk rahim akan kembali normal setelah 3 bulan.**
Kehilangan Yang Menguatkan
Dalam perjalanan menuju kantor aku kembali terigat ketika bersama pak suami hendak menuju ke rumah ibu bidan. Sambil mengelus perut aku berbicara pada calon anakku.
"ade, bila kamu merasa sakit di dalam kandungan bunda, ade boleh meninggalkan bunda, bunda akan ikhlas dan baik-baik aja... ade tolong bilang sama Allah untuk memberikan bunda pengganti ade segera yah... terima kasih ade pernah menjadi bagian dari hidup bunda, bunda sayang ade..."
Air mata membasahi kedua mataku yang panas tapi bersamaan dengan itu hatiku merasa lega. Mungkin inilah salah satu penyebab mengapa walaupun aku keguguran tapi proses kuretnya tak terasa sakit sama sekali. Aku mengikhlaskan kepergian calon anak pertamaku.
Enam bulan sejak kehilangan anak pertama, aku dan pak suami datang ke dokter kandungan lagi untuk pertama kalinya. Saat itu yang aku pikirkan hanya ingin dapat segera hamil kembali, sehingga aku memaksa pak suami untuk melakukan program kehamilan saja.
Tidak sedikit kasus terjadi, bila setelah melakukan kuret dapat menimpulkan jaringan parut pada dinding rahim, yang dikenal dengan istilah sindrom Asherman (Asherman Syndrome). Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan menstruasi yang tidak teratur ataupun nyeri hebat saat mensturasi.
Bulan depannya ketika kami datang menemui dokter kandungan tersebut, ia tersenyum senang sama seperti kami karena ia sudah tahu bila harapanku dan pak suami untuk bisa segera memiliki momongan akan segera terwujud.
Obat yang diresepkan oleh dokter adalah utrogestan dan senang sekali mendapatkan manfaat yang optimal dari penggunaan obat ini yang harus dilakukan secara vaginal setiap hari selama kurang lebih 2 minggu. Benar-benar mendapatkan hasil yang tidak mengkhianati perjuangan.
Sejak kejadian kehilangan anak pertama diusia kandungan 3 bulan tersebut, pola pikiranku tentang anak yang kita punya berubah sekali. Kita sebagai orang tua memang harus sekali sayang sama anak.
Namun bila memang Tuhan hanya memberi waktu kita bersama mereka hanya sesaat saja, syukuri hal tersebut dan ikhlaskan kepergiannya. Sejatinya anak-anak bisa memberika kebahagian dan juga kesedihan dan anak-anak `merupakan titipan saja bagi orang tua.
Jangan pernah menyesali kepergian calon anak kita terlalu berlebihan, karena rasa sesal hanya akan menyisakan kesedihan yang mendalam yang akan dapat berakibat pada memburuknya kesehatan terutama kesehatan mental kita yang gagal menjadi seorang ibu.
Tetap semangat untuk para calon ibu, teman-teman pejuang dua garis biru.
* www.alodokter.com
** www.nakita.grid.id
Tetep kuat, ya, bun semoga kedepannya tidak terjadi lagi dan bisa lebih hati-hati menjaga diri.
BalasHapusalhamdullilah dikasih kekuatan luar biasa untuk melalui ujianNYA, sekarang sudah ada 2 malaikat kecil bersamaku mba..
HapusSubhanallah.. Inspiratif sekali Mbak Maya. Alhamdulillah, aku tidak pernah mengalami kuret, yang aku tahu aku malah pernah mendengar proses kuretasi 2 pasien selama 2 malam, ada yg sellow kayak Mbak Maya, sedangkan yg satu, duuuh pengen ngelus bayiku yg waktu itu masih tidak mau turun panggul
BalasHapusiya bener mba, aku bersyukur proses kuretku dimudahkan dilancarkan
HapusKehilangan calon bayi memang menyedihkan ya mbak. Namun kembali lagi semua atas kehendak Tuhan ya mba. Saya ga bisa membayangkan kalau sya yg berada di posisi mba Maya belum tentu sekuat mbak.
BalasHapusmakasih mba perhatiannya
HapusMba Maya, kalau boleh tahu, ini mba maya keguguran di usia kehamilan berapa minggu ya?
BalasHapusSaya baru tahu tanda keguguran dlu pas sudah menikah malah. Cerita org2 tuh katanya sakit bgt dikuret itu.
Alhamdulillah ya sekarang sudah punya dua anak. Sehat sehat mbak
di 12 minggu mba atau 3 bulan, iya biasaya ada tanda2 kalo mo keguguran seperti bercak darah, makanya harus segera cek kehamilan bila mengalami hal tersebut. terima kasih mba ghina perhatiannya
HapusYaAllah Mbak, ikhlas jadi kuncinya ya.
BalasHapusInsyaAllah jadi bidadari penunggu Bundanya nanti di hari akhir, Aamiin.
sehat selalu ya Mbak :)
bener mba, inshaAllah yah mba ada bidadari yang menungguku disurga
HapusKehilangan, ketika ikhlas Insya Allah diganti dengan yang lebih ya Mbak.
BalasHapusCek kandungan memang perlu dan harus banget, biar kita tahu kondisi kandungan kita.
iya harus rutin memang cek kandungan agar terjaga dengan baik kandungan kita
HapusWah turut berduka ya buat calon bayinya, dan pengalamannya ini bisa jadi pembelajaran banget buat saya kelak jika memiliki istri nanti.. Duh semoga selalu lancar dan sehat-sehat semuanya
BalasHapusHidup memang sawang sinawang ya mbak Maya, yang digadang menyenangkan malah berujung sedih, yang digadang berakhir sedih justru ngga terduga malah menyenangkan.
BalasHapusYang penting jangan patah semangat menjalaninya ^^