Untuk teman-teman terdekat saya hampir semuanya tahu bila saya tidak bisa memasak dan suami saya lebih bisa dan lebih senang juga, nggak cuma memasak tapi juga membuat kue. Nggak tahu yah bila kenyataan ini buat banyak orang sesuatu hal yang biasa saja atau menjadi yang tak terduga, karena nggak seperti pada umumnya pasangan suami istri.
Peranan suami istri dalam rumah tangga kan memang biasanya istri yang memasak suami yang minta dimasakin tapi yang terjadi di hubungan saya dan pak suami malah sebaliknya. Pak suami sering kali justru menanyakan ke saya mau di masakin apa terutama untuk makan malam ketika kami sama-sama baru ada dirumah setelah bekerja seharian.
Nggak bisa masak ini sudah diketahui suami saya sejak kami mulai pacaran, bahkan dulu waktu pacaran suami saya sering membuatkan saya cookies, hahaha... sampai-sampai teman kantor saya iri karena menurut dia kok romantis banget sih dibikinin cookies bukan sebaliknya saya yang membuatkan untuk dia.
Mungkin karena pak suami juga tidak pernah keberatan dengan kemampuan memasak saya yang masih dibawah dia, saya pun nggak pernah ada keinginan untuk belajar masak. Hal itu membuat ibu saya yang jadi sering marah-marah diawal pernikahan kami. Menurutnya yah nggak sopan gitu kan karena seharusnya suami yang dimasakin.
Menanggapi ketidaksenang mama, cuek saja saya sih selama suami nggak pernah komplain, toh dia juga senang karena jadi bisa mencoba berbagai macam resep masakan dan makanan apalagi karena saya pasti memakannya dan nggak pernah komplain sama apa yang dia buatkan untuk saya, entah itu enak ataupun enak sekali, hihihi... bohong deh pasti adalah yang nggak enak dari masakan ataupun apapun yang pak suami buatkan untuk saya.
Namun yah sebagai istri yang tidak bisa memasak, nggak elok gitu loh kalau harus nggak suka walaupun nggak cocok mungkin tapi kan di masak dengan penuh cinta jadi selalu terasa enak saja di lidah saya yang penting adalah masakannya itu pedes, kalau sudah pedes ya sudah buat saya pasti enak.
Bermulanya sejak pandemi dan dirumah saja dapat membuat saya jadi lebih rajin main ke dapur dan mencoba-coba masak berbagai macam dan pak suami juga senang saja karena biasanya saya juga nggak masak sendirian pasti selalu di temani olehnya karena untuk menghindari adanya (mungkin) kejadian yang tak terduga.
Awalanya saya pikir demikian yah karena pandemi jadi dirumah melulu bosan dengan aktivitas yang begitu-begitu saja berulang-ulang kemudian mencoba memasak sesuatu, ternyata bisa dan ternyata tidak sesulit yang dibayangkan dan kemudian jadi ketagihan ingin mencoba masak yang lain juga sekalian mengasah kemampuan memasak biar lebih mahir untuk mengelola rasanya.
Ternyata setelah saya sadari lagi keinginan untuk belajar masak justru karena adanya Zeanissa si anak bungsu. Zeanissa suka sekali makan, mulut kecilnya nggak pernah berhenti menguyah bahkan tidur saja ia masih bisa menguyah... yang ia kunyah adalah empengnya. krik, krik.
Yang pertama, terpikir anaknya suka makan kenapa nggak saya sekalian buatkan masakan atau pun kue-kue yang ia suka yah agar lebih sehat dan lebih bersih juga. Kebetulan saat di mulai pandemi bertepatan dengan Zeanissa mulai boleh makan, sehingga kemudian dengan bantuan ayahnya mulailah kami membuatkan makanan untuknya.
Walaupun yang pertama kali dicoba untuk masak adalah baru makanan untuk bayi, namun ternyata memasak adalah kegiatan yang menyenangkan dan sangat menghibur untuk diri sendiri
Yang kedua, alasan ini karena melihat beberapa teman yang sudah menjadi seorang ibu lalu menjadi pintar masak justru membuat anak-anaknya tidak menjadi picky eater. Hal tersebut menyadarkan dengan kondisi Zaidan yang sekarang susah sekali makan bahkan beberapa tahun terakhir makanan kesukaannya tidak berubah mulai dari sosis, telur, nuget, bakso hingga mie ayam.
Yang ketiga, Ketika anak-anak saya dewasa saya ingin anak saya tetap bisa merasakan masakan ibunya yang dibuat untuk mereka, sesuai dengan yang terjadi dengan saya saat ini. Sama halnya dengan orang lain yang sangat merasa bangga dan selalu mengidolakan masakan mama apapun itu.
Yang keempat, nggak suka masak bukan berarti nggak jajan perlengkapan dapur yah. Saya tuh lemah banget kalau melihat perlengkapan dapur entah itu karena warnanya ataupun karena fungsinya, selalu dengan mudah sekali membayarnya dan karena saya nggak pernah masak yah akhirnya alat masak ataupun alat baking yang sudah saya beli tidak pernah dipakai.
Yang kelima, bukan bermaksud untuk berkompetisi ataupun ingin pamer atau sombong menunjukkan kemampuan yah, tapi saya ingin bisa mempunyai satu masakan yang menjadi kebanggaan saya yang dapat saya wariskan resepnya hanya untuk anak-anak.
Jadi siapa nih yang juga akhirnya belajar masak dan mungkin salah satunya karena alasan yang telah saya sebutkan di atas ? yuk kita sharing di kolom komentar
Halo mbak Maya salam kenal ya. Aku ikutan komen. Kalau aku belajar masak karena ga pingin anak jadi picky eater, lalu alasan selanjutnya karena masak sendiri lebih irit daripada beli makan jajan melulu di luar hihi.....
BalasHapusah sama yah mba dan bener deh itu masak sendiri jadi bikin lebih irit dan hemat dibanding jajan melulu diluar rumah, thanks for sharing mba
HapusWah kita senasib mbak. Suami saya juga lebih jago masak dari saya, lebih paham bumbu dapur. Wkwk. Saya belajar masak demi berhemat aja, Mbak. Kadang kalo saya masak buat anak nih ya, dia nggak mau makan. Giliran masakan beli bisa habis banyak. Haha..
BalasHapusEhehe, bener banget ni mba pengen masak biar anak ngrasain masakan ibunya... Saya juga jadi semangat masak tiap suami bilang enak sama anak semangat makan...
BalasHapusSalam kenal ya mba Maya ;)
Gegara pagebluk ini, aku juga lumayan rajin uprek2 resep mba
BalasHapusDulu? Maless banget! :D
Sekarang mayan lah, jadi bs masak dikit2
Salut sama suaminya Mbak yang pinter masak, sebagai seorang suami saya cukup sering turun ke dapur tapi hanya untuk urusan gorengin lauk anak kayak telur, sosis, nugget, ayam, tempe dan lain-lain. Untuk sayuran saya baru bisa masak 3 aja sih: nasgi goreng, tahu telor dan sup.
BalasHapusSaya belum bisa masak yang special sih mbak, hehehe. Cuma kalau masakan sederhana bisa dikit-dikit.. eh tapi samaan kita suka belanja peralatan masak karena bentuknya yang unik dna luc menurutku
BalasHapusHihihi semangat belajar masak ya mbak... Demi anak-anak biar nggak picky eater seorang mama memang harus belajar lagi wkwkwk. Btw aku juga heran kenapa para suami ini Pinter masak kan jadi ketergantungan kitanya
BalasHapusKeren mbak. Punya pasangan yang menerima ketakbisaan memasak dan nggak masalah dengan itu
BalasHapusBtw, sama. Di awal nikah, saya juga super malas ke dapur. Tapi, karena penasaran pengen bisa masak sendiri kuliner Semarang dan Lombok, akhirnya ya ada juga masakan yang jadi favorit keluarga.
Alhamdulillah ^^
Akuuuu donk baru bljr masak dan mengenal bumbu2 itu pas abis nikah. Yg ngajarin ya suami. Wkwk
BalasHapusSkrg malah jarang bgt beli di luar meski lg LDR tapi anakku lebih suka masakanku dan lidahku juga jarang cocok sama masakan luar skrg..
Sbnrnya ga salah mnrrku kalau istri ga bisa masak, bm nggak menyalahi kodrat kok, meski ga ada salahnya jg utk mencoba