Jadi ceritanya kemarin saya membaca blog posting teman saya yang curhat karena harus resign dari pekerjaannya. Postingan kali ini mau menyemangatin dia biar tetap semangat setelah resign karena resign dari kantor tempat kita berkerja bukan akhir dari segalanya.
Untuk perempuan yang terbiasa bekerja dari single hingga kemudian menikah lalu punya anak bahkan hingga beranak dua seperti saya tapi masih punya kesempatan ngantor rasanya memang wuah banget loh.
Saya sih merasanya seperti itu.
Karena seringnya saya menemukan teman yang sudah resign dengan berbagai alasan INGIN kembali lagi merasakan bekerja walau memusingkan sekali itu tumpukan pekerjaan apalagi di uber-uber deadline, walau capek banget selama di perjalanan pagi dan sore hari dari rumah ke kantor dan sebaliknya, walau sebel sama teman se tim yang sudah banget di ajak kersa sama sampai bete sama bos yang nggak jelas arahannya.
Tapi lagi-lagi semua itu menjadi nikmat loh, karena kita menikmati hari-hari kita dikantor buat yang sudah ibu-ibu hari-hari dikantor tanpa anak tanpa suami bisa jadi berasa single lagi itu sama dengan me time loh.
Kembali ke teman saya, dia resign karena pengsuhnya resign.. biasa banget lah ini drama semua ibu bekerja yang kalau sudah lebaran selesai akan galau sama pengasuh atau sama art yang nggak akan kembali lagi untuk bekerja karena memilih untuk tinggal di kampung saja atau seringnya sih karena si mba memutuskan untuk menikah.
Sebagian besar memang perempuan bekerja akan resign begitu terpentok urusan dengan anak dan umumnya di kota besar karena susah mencari pengasuh untuk anak. Saya sudah mengalami menitipkan anak dengan pengasuh selama 3 tahun untuk anak pertama saya zaidan, lalu saya menitipkan anak saya di daycare juga selama setahun dan sekarang anak kedua saya malah di asuh oleh ibu saya sendiri alias neneknya.
Tiga pilihan pengasuhan anak yang biasanya jadi pilihan ibu bekerja sudah saya alami semuanya dan sudah tahu deh plus minusnya dan memang tidak ada yang paling baik dari kita sebagai bundanya yang langsung mengasuhnya sendiri.
Pengalaman kerja saya sudah lebih dari 1 dekade setengahnya adalah bekerja dengan mempunyai anak, jadi saat ini justru saya sudah mulai capek sekali dengan urusan kerja ini, malah lebih ingin fokus merawat anak-anak hal inilah yang justru berbanding terbalik dengan yang teman saya alami.
Teman saya justru jadi galau sampai tidak bisa tidur nyenyak membayangkan masa setelah resign dan saya jadi khawatir ia akan terkena post syndrom karena biasa produktif, biasa punya rutinitas tiba-tiba tidak ada tekanan sama sekali akhirnya jadi bingung sendiri kalau sudah tidak kerja dan seharian harus dirumah saja jadi ibu rumah tangga..... akhirnya jadi bikin penyakit.
Jangan sampailah yah hal tersebut terjadi.
Tidak lagi bekerja bukan tidak lagi bisa berkarya, bukan tidak lagi berdaya melakukan sesuatu untuk mewujudkan cita-cita dan bukan tidak mungkin akan jadi bos, jangan berfikir bahwa jenjang karir cuma ada dikantor. Kalau saya pribadi justru bercita-cita jadi pemilik usaha yang dapat memberikan orang lain pekerjaan dengan karir yang menjanjikan, walaupun masih diawang-awang yah itu usahanya apaan. hahaha
Buat teman-teman tersayang yang sedang dilema dengan resign, bila terpaksa resign berdamailah dengan diri sendiri dengan menerimanya, mengikhlaskan karena mungkin rejeki dalam bentuk rupiah akan berkurang namun untuk anak-anak kita rejeki itu baru saja terbuka dalam bentuk cinta dan kasih sayang yang sangat berlimpah.
Selamat menemukan kembali jati diri kita yang baru, jangan terfokus pada apa yang hilang tapi berfokuslah mencari sesuatu yang baru agar menjadikan diri kita tak pernah berhenti berfikir untuk bekerja karena sejatinya bekerja tidak selalu dalam kantor.
loph,
Maya Rumi
Selamat menemukan kembali jati diri kita yang baru,waaaah...ini kalimat penyemangatnya juara sekali Bun, aku terharuuuu
BalasHapusSebahagia kita waktu dapat kerjaan pertama kali seharusnya jd irt pun kita harus dpt euforia itu ya kan
Hapus