Pergantian tahun 2020 ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya walau tetap cuma berkumpul dirumah bareng sama orang tua dan adik-adik saya. termasuk zaidan dan ayahnya tapi pergantian dekade yang baru ini sudah ada adiknya Zaidan yang bernama Zeanissa. Kegiatan tahun baru kita yah masih sama cuma bakar-bakar ayam dan sosis saja sambil menunggu jam 12 malam untuk melihat pesta kembang api yang memenuhi langit, anak-anak memasang kembang api yang kecil.
Berhubung saya masih ada bayi yang baru berusia 4 bulan jam 10 malam saya sudah masuk kamar dan tidur, hingga jam 12 tengah malam rencananya mau bangun tapi nggak kejadian saya tetap molor sama anak bayi di kamar, karena kebetulan hujan turun dari sore jadi cuacanya emang lebih enak buat bobo juga sih.
Sekitar jam 4 pagi hampir subuh saya bangun karena ingin pipis ketika akan ke kamar mandi saya menemukan ibu saya tengah berada di dapur melihat-lihat bocoran dan terdengar suara hujan yang makin deras. Saya tidak segera kembali ke kamar karena melihat air yang mulai membanjiri lantai dapur bersama dengan ibu saya kami pun mendorong air-air itu untuk masuk ke dalam lubang selokan kecil yang memang ada di dapur tapi beberapa lama saya perhatikan kok airnya nggak berkurang malah semakin banyak.
Tak berapa lama air pun semakin tinggi memenuhi dapur dan akhirnya masuk ke dalam ruangan lain dirumah, saya segera membangunkan adik-adik saya untuk beberes dan ternyata cepat sekali air naik saya sampai tidak sempat beberes baju-baju milik saya, hanya sempat menyelamatkan baju milik zaidan dan adiknya yang kebetulan berada dibagian paling bawah lemari.
Karena air didalam rumah semakin tinggi ayah dan adik ipar saya yang laki-laki segera memindahkan motor-motor dan mobil ke jalan raya tapi masih didalam komplek perumahan kita, lanjut memindahkan barang-barang elektronik seperti radio, laptop dan komputer hingga ac punya adik saya yang masih belum digunakan dan berada dalam kardus, barang-barang tersebut kami titipkan kerumah tetangga yang tidak kebanjiran. Sementara itu kita juga harus buru-buru membereskan tempat tidur, mesin cuci dan lemari es agar tidak terkena air banjir dan yang paling bikin ribet adalah lemari es asip saya, karena itu barang sewaan dan isinya penuh oleh asip lebih dari 100 kantong.
Awalnya lemari es asip dinaikkan ke atas meja sama seperti kulkas lain yang ada dirumah oleh pak suami dan 2 orang adik ipar saya, namun air banjir masih naik terus akhirnya saya putuskan untuk memindahkan lemari es tersebut ke rumah tetangga. Dengan kondisi air sudah setinggi 50 cm, pak suami dibantu dua adik ipar saya menggotong lemari es membawa kerumah tetangga terdekat yang tidak kebanjiran tapi ternyata tetangga saya itu pun ikut kebanjiran juga.
Gotong lagilah pak suami dan 2 adik ipar untuk pindahin lagi lemari es ke rumah tetangga kedua, cuma ini rumah tetangga berada lebih tinggi dari rumah-rumah lain sehingga jalannya menanjak dannn ternyata ketika malam hari dan air banjir belum surut juga, listrik dirumah tetangga saya itu tidak cukup dayanya untuk 2 lemari es, jadi aliran listrik padam terus, terpaksa gotong lagi deh untuk yang ketiga kalinya pak suami dan 2 adik ipar saya menggotong kerumah tempat kami mengungsi karena hanya dirumahnya yang kebetulan daya listriknya lebih besar sehingga tidak padam meskipun mencolokkan kulkas, jadi ternyata saat malam hari ada pengurangan daya listrik dari pln sehingga pada setiap rumah yang bisa di nyalakan hanya lampu-lampu saja.
Kirain cerita penyelamatan kulkas ASIP sudah selesai sampai disitu ternyata tengah malam seluruh listrik padam diperumahan saya, hingga jam 6 pagi belum ada tanda-tanda listrik akan nyala kembali, saya tambah galau asip akan pada mencair karena sudah hampir 6 jam namun pak suami masih menguatkan dengan menyarankan untuk pindahin ASIP kerumah mertua adik saya yang berada dikawasan yang memang tidak banjir sehingga tidak ada pemadaman lampu yaitu di daerah rawa belong.
Dari daerah rumah saya di karang tengah tangerang ke daerah rawa belong jakarta barat lumayan jauh, sekitar 10 km, kalau dengan mobil yah sekitar sejam lah perjalanan sudah dengan macet. Tanpa berlama-lama pak suami kembali dengan dua adik ipar saya menggotong kembali kulkas tersebut kali ini ke dalam mobil kami, untungnya mobil saya tinggi dan luas bagasinya pas sekali untuk ukuran kulkas ASIP jadi kami tidak repot-repot cari mobil pick up untuk membawa lemari es asip.
Selama 8 tahun menikah ini adalah banjir pertama yang suami dan anak-anak saya alami, jadi saya sudah lupa deh kapan terakhir kali rumah kami terkena banjir seperti ini. Namun memang dulu sekali pernah terkena banjir besar yang 5 tahunan dan kali ini banjirnya lebih parah karena perumahan dibelakang perumahan saya membobol pagar pembatas sehingga air dari perumahan tersebut mengalir kerumah saya jadi tingginya air banjir dirumah saya bukan murni karena air hujan tapi karena banjir kiriman dari perumahan lain. Keterlaluan sekali memang perumahan sebelah itu air banjirnya lebih tinggi dari rumah saya dan tetangga saya mereka kok yah kepikiran untuk bagi-bagi airnya biar mereka lebih cepat surut.
Air banjir dirumah baru mulai surut sekitar jam 1 siang ketika saya, pak suami dan adik saya pulang menitipkan lemari es. Menitipkan lemari es ini pun bukan tanpa kendala, kami harus bermacet-macetan di jalan selama kurang lebih 3 jam, karena banyak jalan ditutup dan dialihkan akibat air kali meluap kejalanan. Jadi berangkat dari rumah sekitar jam 7an baru sampe rumah adik ipar saya sekitar jam 11 siang. Begitu sampai rumahnya dengan cekatan pak suami dan adik ipar saya, berdua mereka menurunkan lemari es dan segera mencolokkan kulkas yang sudah mati hampir 12 jam tersebut dan Alhamdullilah begitu saya buka untuk mengecek keadaan ASIP di dalam lemari es, semua ASIP masih beku tidak ada yang mencair satu pun.
Rasanya tidak sia-sia semua pengorbanan dengan segala keribetannya.
Hampir 20 hari lemari es saya titipkan, karena khawatir akan ada banjir susulan atau pemadaman listrik lagi, karena listrik rumah selama banjir baru nyala lagi setelah pemadaman selama 1 hari penuh, benar-benar bersyukur keputusan saya dan pak suami untuk menitipkan lemari es jauh dari rumah. Alhamdullilah setelah banjir surut tidak ada lagi banjir hingga hari imlek padahal intensitas hujan masih tinggi.
Walau awal tahun 2020 ini dibuka dengan kondisi yang tidak menyenangkan sama sekali, saya justru tetap berusaha mengambil sisi positifnya saja walau ada sekotak besar buku saya yang terendam dan semua buku bacaan zaidan pun rusak karena ketika sudah dimasukkan ke trash bag eh malah lupa di bawa dan akhirna ikutan terendam juga yang bikin saya nyesek sekali. Namun berarti memang isi rumah harus banyak yang dikurangi, terutama untuk barang-barang yang sudah lama tidak dipakai memang sudah harus dibuang dan akhirnya bisa benar-benar bebersih isi rumah dan beberes lagi.
Jadi resolusi tahun 2020 pengen punya rumah baru makin kuat nih, semoga terwujud akhir tahun punya rumah baru. aminin yang kenceng yah temen-temen.
loph,
Maya Rumi
Aamiinn. Semoga segera terwujud rumah barunya.
BalasHapus